Dua Tokoh Minang Pernah Jabat Presiden Republik Indonesia

Dua Tokoh Minang Pernah Jabat Presiden Republik Indonesia

Tulisan ini adalah tulisan saya setahun yg lalu, tepatnya tgl 08/12/2020. Tulisan ini saya posting kembali atas permintaan seorang teman untuk memperingati adanya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Payakumbuh/Sumatera Barat, pada tanggal 22 Desember nanti…Berikut tulisan tsb, tanpa saya koreksi judul dan isinya:

Dua Tokoh Minang Pernah Jabat Presiden RI

Oleh : H.G. Sutan Adil

Viralnya dan blunder pernyataan Ketua DPP PDIP, Uni Puan Maharani tentang masyarakat minang yang tidak pancasilais, membuat banyak sekali tanggapan dan pernyataan dari masyarakat yang umumnya mengecam pernyataan dari anak presiden pertama republik Indonesia, Soekarno.

Terbukti dengan banyaknya tulisan dan pernyataan yang membantah pernyataan uni puan tersebut dengan mengungkapkan banyak tokoh minang yang berjasa dalam pergerakan dan terbentuknya Negara kesatuan republik Indonesia, mulai dari Mohammad Hatta, H. Agus Salaim, Mohammad Yamin sampai dengan pahlawan wanita nya semisal Hajjah Rangkayo Rasuna Said, seorang orator wanita ulung dan pahlawan nasional yang namanya sekarang dipakai sebagai salah satu jalan protokol di Ibukota Jakarta.

Hanya saja mungkin banyak yang tidak mengetahui dan paham atau memang disengaja bahwa di Republik Indonesia ini ada 2 (dua) tokoh Minang juga yang pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.

Mantan pengamat sejarah dari Universitas Andalas, Prof Dr Muchlis Muchtar (Almarhum) pernah menyatakan, “Dua tokoh pejuang asal Sumatra Barat, yakni Sjafruddin Prawiranegara dan Mr Assaat pernah menjabat sebagai Presiden Indonesia di masa revolusi fisik, namun nama mereka tidak pernah disebutkan dalam daftar nama Presiden RI karena kealpaan”. ungkapnya sebagaimana diberitakan oleh antaranews.com. Rabu (2/9/2009)

Sayangnya sampai, sampai beliau wafat th 2013 lalu, keinginan tersebut walau sudah berlangsung lebih dari satu darsawarsa, kenyataannya sampai sekarang penghargaan kepada dua tokoh minang ini sebagai mantan Presiden Republik Indonesia tidak pernah ada wujudnya.

Padahal, sudah fakta sejarah bahwa ada dua tokoh asal Minang, yakni Sjafruddin Prawiranegara dan Mr Assaat yang terlewatkan dan tidak disebutkan namanya dalam daftar nama-nama Presiden Republik IndonesiaI.

Terlewatkannya nama dua tokoh pejuang asal Minang itu, mungkin karena alpa, tetapi mungkin juga disengaja, sehingga orang sekelas Uni Puan Maharani yang juga seorang Pemimpin Lembaga Tinggi Negara menjadi lupa dan mungkin saja tidak paham tentang 2 tokoh Minang ini.

Sebagaimana diketahui Mr. Sjafruddin Prawiranegara pernah menjabat sebagai Presiden merangkap menteri pertahanan, penerangan dan luar negeri ad interim pada pada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dari tanggal 22 Desember 1948 hingga 13 Juli 1949.

PDRI, dibentuk untuk menyelamatkan pemerintahan RI pasca agresi militer Belanda ke II pada 19 Desember 1948 atas ibukota RI Yogyakarta dan menahan Presiden dan Wakil Presiden RI, Soekarno/Hatta.

Saat dalam penangkapan itu, Presiden Soekarno mengirim telegram kepada Sjafruddin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran RI dan tengah berada di Bukittinggi, Sumatra Barat.

Dalam telegramnya, Presiden Soekarno menyebutkan, jika dalam keadaan pemerintah tidak dapat menjalankan kewajibannya lagi, maka kami (Soekarno/Hatta) menugaskan Mr Sjafruddin Prawiranegara membentuk pemerintahan darurat di Sumatra.

Dalam situasi itu, Sjafruddin dan tokoh-tokoh bangsa lainnya di Sumatra membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) untuk menyelamatkan negara RI yang dalam keadaan berbahaya karena tengah terjadi kekosongan kepala pemerintahan yang menjadi salah satu syarat internasional untuk diakui sebagai negara.

PDRI diumumkan, 22 Desember 1948 di Desa Halaman, sekitar 15 Kilometer dari Payakumbuh dan Sjafruddin Perwiranegara menjabat sebagai Presiden merangkap menteri pertahanan, penerangan dan luar negeri ad interim.

Jabatan itu berakhir setelah Sjafruddin menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden RI, Soekarno yang kembali ke Yogyakarta pada 13 Juli 1949, sekaligus berakhir pula riwayat PDRI.

Sementara itu, Mr Assaat pernah dipercaya menjabat Pemangku sementara jabatan Presiden Republik Indonesia (RI) pada periode 27 Desember 1949 hingga 15 Agustus 1950.

Jabatan itu diamanatkan kepada Mr Assaat, setelah perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) 27 Desember 1949 dimana pemerintah Belanda menyerahkan kedaulatan Indonesia kepasa pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS).

RIS merupakan negara serikat terdiri dari 16 negara bagian dan salah satunya adalah Republik Indonesia (RI) yang saat itu dipimpin pemangku sementara jabatan Presiden, Mr Assaad.

Jabatan tersebut dipangku Mr Assaat, karena Soekarno dan Mohammad Hatta ditetapkannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden RIS, sehingga terjadi kekosongan pimpinan di RI.

Pada saat kekosongan pimpinan RI itu, Mr Assaat tampil sebagai Pemangku sementara jabatan Presiden RI sekaligus mempertahankan kedaulatan RI.

Peran dilakukan Mr Assaat saat penting, karena jika RI tanpa pimpinan, berarti ada kekosongan dalam sejarah Indonesia dimana RI pernah hilang dalam perjalanan bangsa ini, tambahnya.

Jabatan Mr Assaat sebagai pemangku sementara jabatan Presiden RI, berakhir setelah Belanda dan dunia internasional mengakui kembali kedaulatan RI dan RIS dilebur menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 15 Agustus 1950.

Dengan pengakuan NKRI ini maka Soekarno dan Mohammad Hatta kembali ditetapkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI, sekaligus berakhir pula jabatan Mr Assaat sebagai pemangku sementara jabatan Presiden RI.

Dengan adanya fakta sejarah diatas, berikut dapat kita simpulkan urutan 8 (Delapan) orang yang pernah atau sedang menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia , yaitu ;

1. Presiden Soekarno (1945-1969)
2. Presiden Sjafruddin Prawiranegara, Presiden (Ketua) (PDRI) (1948-1949)
3. Presiden Assaat, Presiden (RI-Yogyakarta) (1949-1950)
4. Presiden Soeharto (1967-1998)
5. Presiden Baharuddin Jusuf Habibie (1998-1999)
6. Presiden Abdurrahman Wahid (1999-2001)
7. Presiden Megawati Soekarnoputri (2001-2004)
8. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014)
9. Presiden Joko Widodo (2014 – Sekaran).

Dengan harapan Masyarakat dan Uni Puan Maharani menjadi paham atas peranan Orang Minang ini. Atau jika telah paham, sebagai permohonan maaf atas pernyataanya, dimungkin juga bila Uni Puan Maharani sebagai anak dari Bapak H. Taufik Kiemas yang bergelar “Datuak Basa Batuah” dari Kanagarian Sabu, Batipuh Ateh, Tanah datar dan punya Ibu yang juga mantan presiden RI, Megawati Sukarnoputri yang bergelar minang juga yaitu “Puti Reno Nilam”, untuk membantu mendesak pemerintah agar segera mengesahkan dan menjadikan dua orang tokoh minang ini ; Mr Syafruddin Prawiranegara dan Mr Asaat, sebagai dua orang Mantan Presiden Republik Indonesia.

Jangan sampai nanti Bangsa Indonesia dianggap tidak bisa menghargai jasa para pahlawannya, sebagaimana ada kalimat yang pernah diucapkan oleh Datuak (Kakek) nya Uni Puan Maharani ini sendiri, yaitu Mantan Presiden Soekarno, yang pernah menyatakan bahwa “ Bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya”. Jangan sekali kali melupakan sejarah, Jasmerah.

*) Penulis adalah Ketua DPP FKMI (Forum Komunikasi Muslim Indonesia)

Bogor, 08 September 2020